Hepatitis Anak

Hepatitis anak. Hepatitis adalah peradangan pada parenkim hati dengan disertai atau tanpa nekrosis sel-sel hati (hepatosit). Etiologi dari hepatitis pada anak ada yang berasal dari infeksi dan ada pula yang berasal dari non-infeksi. Etiologi infeksi hepatitis dapat berasal dari jamur, bakteri, parasit, maupun virus (Hepatitis Virus A, B, C). Sedangkan etiologi non-infeksi dari hepatitis anak ini dapat berasal dari reaksi alergi, autoimun, atau intoksikasi. Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung untuk terjadinya hepatitis ini berupa sanitasi yang buruk, sarana kesehatan yang kurang, kepadatan penduduk, dan pendidikan yang kurang. Sementara penularannya adalah melalui oral (makanan), parenteral (jarum suntik, transfusi darah, sengatan, dll.), dan melalui hubungan seksual. Yang akan lebih dibahas di sini adalah yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, atau C.

Secara umum, perjalanan penyakit hepatitis mulai dari akut, kronik, sampai sirosis hati. Virus hepatitis A, B, dan C dapat menyerang pada fase akut, tetapi pada fase kronis hingga terjadi sirosis hati, yang menyerang adalah virus hepatitis B atau C karena untuk hepatitis A dapat sembuh dengan sendirinya. Pada fase akut, jika ditangani dengan baik dapat menjadi sembuh, meskipun dapat pula fulminant (kambuh lagi). Begitu pun ketika menginjak fase kronis. Akan tetapi, dengan penanganan yang buruk atau tidak dilakukan penanganan sama sekali, hepatitis fase kronis dapat mengarah kepada keganasan hati primer, melalui atau tanpa melalui sirosis hati.

Gejala dari penyakit hepatitis ini ada yang simptomatik (menimbulkan keluhan / tanda) dan ada yang asimptomatik (tanpa keluhan / tanda). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa angka kejadian yang asimptomatik sebenarnya jauh lebih banyak daripada yang simptomatik disebabkan karena tidak ditangani dengan baik (dianggap bukan suatu keluhan oleh penderitanya) dan sumber penularan yang tidak diketahui.

Gejala simptomatik diawali dengan masa inkubasi virus. Untuk hepatitis virus A masa inkubasi mulai dari beberapa sampai sekitar tigapuluh hari, hepatitis virus B dari sekitar tigapuluh hari sampai seratus delapanpuluh hari, sedangkan masa inkubasi untuk hepatitis virus C adalah di antara masa inkubasi hepatitis virus A dan hepatitis virus B. Setelah masa inkubasi, maka akan memasuki masa prodromal, di mana ditandai dengan adanya keluhan yang tidak spesifik karena keluhannya sama dengan keluhan infeksi virus pada umumnya. Keluhannya antara lain demam, pusing, mual, muntah-muntah, lemas, anoreksia (tidak nafsu makan), nyeri otot, dan lain-lain. Jarang ada yang sampai mengalami limfadenopati atau hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien). Pada fase prodromal ini tidak jelas terjadinya ikterus (kuning), karena jika fase prodromal ini samar-samar, maka keluhan kuning akan langsung tampak.

Setelah masa prodromal, penderita akan memasuki masa ikterus. Urine berwarna gelap akan muncul mendahului terjadinya ikterus (kuning). Pada masa ikterus ini, konjunctiva, sklera, mukosa, dan kulit akan menjadi kuning. Pada anak kecil, gejala-gejala prodromal akan menghilang pada fase ini, sementara pada anak besar maupun dewasa biasanya gejalanya masih ada meski sudah berkurang dari yang sebelumnya. Pada fase ikterus ini, terjadi hepatosplenomegali yang nyeri tekan.

Untuk beberapa jenis hepatitis, misalnya hepatitis virus A, setelah fase ikterus penderita akan mengalami fase penyembuhan. Fase penyembuhan ditandai dengan hilangnya keluhan, hilangnya ikterus (kuning), dan normalnya hasil laboratorium. Sementara untuk jenis hepatitis yang lain, dapat berkembang menjadi kronis. Dikatakan kronis apabila keluhan dan kelainan laboratorium menetap selama lebih dari enam bulan. Untuk mengkonfirmasi hal ini, perlu dilakukan biopsi.

Pemeriksaan laboratorium:

  1. Darah:
    1. Pemeriksaan rutin
    2. Pemeriksaan enzimatik hati, berupa SGOT, SGPT, dan ALP. Nilainya akan meningkat dari nilai normalnya. Pada fase akut, nilai SGPT akan lebih tinggi daripada SGOT, meski nilai keduanya meningkat dari nilai normal. Dan sebaliknya, nilai SGOT akan lebih tinggi dari nilai SGPT pada fase kronis, meskipun nilai keduanya meningkat dari nilai normalnya.
    3. Pemeriksaan fungsi hati, berupa pemeriksaan bilirubin I dan II, albumin, PT, dan PTT. Kadar bilirubin akan meningkat dari nilai normalnya.
  2. Urine, warnanya akan gelap atau seperti teh tua. Kandungan bilirubinnya akan meningkat, begitu pula dengan urobilinnya.
  3. Marker (penanda) virus penyebab.

Penanganan / Terapinya, tidak ada penanganan dengan tujuan terapi kausal. Penanganannya berupa terapi supportif berupa pemberian makanan bergizi sesuai dengan selera penderita. Hindarkan pemberian lemak kadar tinggi. Untuk hepatitis kronik aktif, (etiologi Hepatitis virus B dan C), dapat diberikan obat hepatoprotektor seperti Interferon dan Lamivudin.

Pencegahan untuk penyakit ini adalah dengan menghindari faktor resiko dan melakukan imunisasi. Imunisasi untuk Hepatitis virus A dilakukan ketika anak berusia lebih dari dua tahun, di mana dua pemberian pertama sebagai pemberian dasar dengan interval pemberian selama lima bulan, dan pemberian ulangan (booster) setiap sepuluh tahun. Imunisasi untuk hepatitis virus B dilakukan segera setelah anak lahir dan diulangi setiap lima sampai sepuluh tahun.